Kaki kecil

Image by : https://pixabay.com/en/feet-baby-babies-baby-feet-newborn-2046001/

Kecil dan terlihat rapuh

Namun dari kaki kecilmu, aku pastikan kelak langkahmu tak akan salah

Aku tak menjanjikan kamu tak akan pernah terjatuh ketika kamu berjalan dengan kaki kecilmu

Namun aku pastikan ada disampingmu, menjulurkan tangan, membantumu berdiri lagi, hingga kamu tak pernah takut terjatuh lagi.

Aku tak menjanjikan akan memberi kaki kecilmu sepatu termahal, namun aku pastikan kakimu tetap hangat dengan rajutan kasihku

Kaki kecilmu kelak akan memberitahu semua orang siapa dan bagaimana aku

Dari langkahmu, aku pastikan kamu aman berpijak menapaki setiap jenjang kehidupan, hingga kamu mampu berdiri sendiri

Dari kaki kecilmu pula, kelak aku akan menjadi sangat bangga menjadi orangtuamu

Dan, dengan kakimu, kelak kamu akan membawa aku serta ibumu menuju surgaNya.

 Opini saya setelah melihat postingan dunia manji berjudul “VIDEO BUAT REZA ‘ARAP’ OKTOVIAN. TENTANG ANJ#NG. | Reaction Video” on YouTube

Di era digital seperti saat ini, penggunaan media sosial sudah menjadi candu untuk hampir semua kalangan. Tidak hanya usia dewasa, anak-anak dibawah umur pun sudah aktif di dunia maya. Pertanyaannya apakah berbahaya ? Balik lagi kepada masing-masing individu apakah dampak penggunaan sosial media terhadap kehidupan penggunanya. 

Seperti yang sering dikatakan oleh orang banyak. Internet atau sosial media bagaikan dua mata pisau. Bisa sangat bermanfaat, atau bahkan bisa sangat menghancurkan pengguna itu sendiri. Tidak bisa dipungkiri manfaat internet dan sosial media belakngan ini. Segala informasi yang kita butuhkan ada di internet. Untuk ajang mempromosikan barang dagangan kita akan sangat efektif ketika kita menjual barang melalui medsos. 

Media sosial seperti youtube sangat mudah diakses oleh siapapun. Orang berlomba-lomba membuat  content youtube karena seperti kita ketahui keuntungan yang didapan oleh seorang youtuber yabg terkenal dengan jutaan viewer dan subscribernya. Pertanyaannya, konten seperti apa yang pantas ditayangkan di medsos seperti youtube ? Banyak konten yang semestinya bisa dibilang tidak layak ditonton oleh anak usia dibawah 15 tahun karena kontennya yang menggunakan bahasa “slengean” atau banyak mengandung kata-kata yang kurang sopan atau bahkan sangat tidak sopan. Kemudian menjadi viral dan trend dikalangan anak-anak yang hanya bisa mencontoh mentah-mentah apa yang mereka lihat, bukan melihat suatu proses dari suatu konten tersebut. 

Ketika saya melihat postingan video reaction dari anji, kok rasanya ini ngena banget. Anji menitik beratkan kepada bagaimana kita sebagai “content creatot” bertanggungjawab terhadap konten yang kita buat. Bukan hanya peran orangtua viewer yang bertanggungjawab, karena seperti yang anji katakan apakah semua orang tua di Indonesia melek komputer. Jangan jauh-jauh melihat orang tua yang tinggal di sebuah desa terpencil. Orang tua saya, yang tinggal bersama saya di sebuah kota besar Bandung juga tidak mengetahui mengenai penggunaan internet dan media sosial. Lah gimana caranya orang tua yang gagap teknologi bisa mengontrol anaknya dalam penggunaan teknologi . Youtube itu hanya sebuah media tempat menampung segala macam konten tanpa bisa memfilter sedeteil manusia. Seperti contoh video yang sering viral, anak muda yang dalam video tersebut banyak menggunakan kata anj*ng atau ba*i dan berbagaibmacam kata untuk mengekspere sikan diri. Apakah youtube bisa menyaring videontersebut ? Saya rasa tidak yang bisa menyaringnya adalah manusianya. Bukan hanya pengguna atau viewernya tapi juga creatornya. 

Suatu ketika saya pernah menonton tayangan hitam putih. Kebetulan bintang tamunya adalah rapper muda young lex. Dan sedang membahas mengenai fenomena video awkarin yang viral dengan berbagai kata kasarnya. Dan ia mengatakan bukan salah awkarin mengapa video yang notabenenya kurang baik tersebut menjadi viral, ia menyebutkan viewernya yang bikin video jadi viral. Nah kalo viewernya anak-anak kan belok paham bagaimana sebuah konten layak di tonton apa tidak. Kemudian ia menyebutkan harusnya ada filter pada youtube sehingga tidak bisa tayang dimanapun dan kapanpu. Sekali lagi youtube, komputer, teknologi adalah benda mati. Mereka tidak memiliki pikiran, rasa, dan semua sama dimata teknologi tanpa memandang budaya barat dan timur yang jelas-jelas berbeda. Yang harusnya memfilter adalah kita sebagai manusia. Yang punya rasa, punya pemikiran, tahu mana yang benar mana yang salah, mana yang pantas dan mana yang tidak pantas. 

Jadi, sekali lagi kita sebagai kreator sangat ikut bertanggungjawab atas apa yang kita sajikan di media sosial. Bagaimanapun, media sosial akan sangat memberikan dampak terhadap generasi muda mendatang.